Jumat, 07 Maret 2014


Cinta Antara Idola Dengan Penggemarnya
Oleh Deyana Lomban Ekaswasti

Judul                :   It Must Be Love
Penulis            :   Orina Fazrina
Penerbit          :   Media Pressindo
Ukuran            :   13 cm x 19 cm
Tebal               :   152 halaman
Cetakan  I       :   2013
            It Must Be Love adalah sebuah cerita cinta. Cerita cinta yang tidak biasa antara idola dan penggemarnya. Cerita ini terjadi antara Lee Hyun Joong dan Hyun Ae. Orina Fazrina, penulis novel ini, membuat jalan cerita novel ini mudah dimengerti karena disetiap kejadian pasti terdapat flashback yang digunakan untuk memperjelas cerita.
Pada awalnya, aku merasa mencintaimu adalah sebuah kewajaran. Lagi pula, sebagai leader Shining Stars, kamu teramat mudah untuk dicinta.
Namun, ketika ruang dan waktu mempertemukan kita dalam rangkaian-rangkaian peristiwa memalukan (tapi juga indah), aku mulai ragu. Benarkah mencintaimu sebuah kewajaran?
Lalu bagaimana jika sekarang aku ingin kau menjadi milikku seutuhnya? Salahkah aku bila terlalu berharap mendapatkan cintamu?
Ini kisah rumit antara Lee Hyun Joong dan Hyun Ae. Antara idola dan penggemarnya. Hyun Ae adalah nama koreanya, sedangkan nama Indonesianya adalah Imah.  Hyun ae adalah seorang wanita yang berasal dari Indonesia. Ia pergi ke Korea tepatnya di Seoul untuk mengajar di sebuah yayasan milik orang tua temannya sekaligus liburan. Baginya, Korea adalah Negara yang sangat luar biasa karena disanalah tempat tinggal idolanya yang bernama Lee Hyun Joong yang menjabat sebagai Leader di salah satu Boyband ternama di Korea yang bernama Shining Stars.
Kedua insan tersebut dipertemukan setelah Hyun Ae meminta tolong kepada seseorang untuk membantunya mencarikan kos-kosan milik orang tua temannya. Kebetulan sekali orang yang dimintai tolong tadi adalah Lee Hyun Joong! Idola yang selama ini di dambakannya. Tapi Hyun Ae tidak yakin orang itu adalah Lee Hyun Joong. Akhirnya dengan ragu Hyun Ae bertanya padanya,  “Hmm…maaf. Kurasa kau mirip dengan idolaku. Lee Hyun Joong, leader Shining Stars” (halaman 23). Lee Hyun Joong terkejut mendengar pertanyaan Hyun Ae. Lee Hyun Joong tidak ingin penyamarannya terbongkar dan jika penyamaran tersebut terbongkar maka malapetakalah yang akan didapatkannya. Akhirnya Lee Hyun Joong berbohong,  “Maaf, namaku Yoon Ji Young. Memang banyak yang mengatakan bahwa aku mirip dengan idolamu.”
Semakin lama, Hyun Ae dan Lee Hyun Joong semakin dekat. Lee Hyun Joong mulai jatuh cinta dengan Hyun Ae. Namun,penyamaran Lee Hyun Joong masih tersusun rapih, Hyun Ae masih percaya bahwa itu bukan Lee Hyun Joong. Dan akhirnya, penyamaran yang selama ini tersusun rapih kini gagal sudah setelah anggota Sining Stars yang lainnya memergoki mereka berdua sedang asyik mengobrol di dalam apartemen Lee Hyun Joong. Lee Hyun Joong merasa bersalah karena selama ini ia tidak jujur kepada Hyun Ae tentang siapa dia sebenarnya. Dibalik ada perasaan senang karena mengetahui bahwa selama ini orang yang dia kenal dengan nama Yoon Ji Young ternyata adalah idolanya sendiri, ada juga perasaan sedih dalam hatinya mengingat ia telah di bohongi. Hyun Ae memaafkan Lee Hyun Joong, akan tetapi ia memilih untuk sedikit menjauh karena rasanya dia tidak pantas untuk dekat dengan artis terkenal seperti Lee Hyun Joong. Walaupun Lee Hyun Joong adalah idolanya, Hyun Ae tetap tahu diri.
Lee Hyun Joong merasa tersiksa atas perubahan sikap yang dialami oleh Hyun Ae, perempuan yang dicintainya. Ia terus berusaha untuk mendekati Hyun Ae dan membujuknya agar tidak menjaga jarak. Setelah lama Lee Hyun Joong berjuang, akhirnya Hyun Ae luluh dan mereka pun bersama-sama selamanya.
Saya baru pertama kali membaca novel karya Orina Fazrina dan  jika saya harus memberi penilaian terhadap novel ini antara 10-100, saya akan memberi nilai 70. Mengapa saya memberi nilai 70? Karena isinya biasa saja dan terkesan sangat singkat. Tempat-tempat kejadiannya mencakup wilayah yang sempit. Orina Fazrina tidak memanfaatkan setting latar, padahal banyak tempat-tempat  yang mendukung untuk di jadikan setting latar mengenai cerita cinta, seperti Pulau Jeju, Nami Island, Namsan Seoul Tower, dan masih banyak lagi.
Saya tidak terlalu terkesima membaca novel It Must Be Love karya Orina Fazrina ini. Ceritanya cukup membosankan, konfliknya tidak kompleks sehingga terkesan datar-datar saja. Tidak seperti novel karya Ilana Tan yang berjudul Winter in Tokyo, konfliknya sangat kompleks sehingga saya seakan-akan ikut merasakan apa yang terjadi didalam novel tersebut. Bahasa yang digunakan oleh Ilana Tan sangat bagus sekali dan enak untuk dibaca. Sedangkan Orina Fazrina menggunakan bahasa yang cukup bagus. Mengapa saya bilang ‘cukup’? karena ada beberapa campuran bahasa yang tidak saya mengerti artinya. Tapi dari segi keselurahan, novel ini sudah termasuk bagus.
Dalam pencetakkan novel ini, saya tidak menemukan adanya kesalahan cetak. Ini sangat bagus sekali karena biasanya pada kebanyakan novel pasti di temukan kesalahn cetak. Berarti dapat disimpulkan bahwa Media Pressindo cukup teliti dalam mencetak garapannya.
Anak-anak usia 17 tahun ke bawah boleh saja membaca novel romantic ini. Mengapa saya katakan demikian? Karena cerita cinta yang diceritakan di novel ini tidak terlalu berlebihan dan wajar-wajar saja. 

Kamis, 06 Maret 2014


Indah Pada Waktunya

Deyana. Ia adalah seorang gadis SMA yang belakangan ini tengah dekat dengan seorang laki-laki, panggil saja Tama. Dimata Deyana, Tama adalah orang yang luar biasa. Karenanya, Deyana selalu tersenyum dan semangat menjalani apapun. Sebenarnya, mereka terpisah oleh jarak yang jauh. Laut memisahkan mereka. Saling balas berbalas pesan. Cara itulah yang mereka lakukan untuk dapat berkomunikasi. Malam menjelang. Mentari menyembunyikan sinarnya. Deyana duduk termenung sambil menatapi handphone yang sedari tadi sepi. Tak ada satu pesanpun dari Tama.
Deyana: (menatap handphone sambil memasang muka cemberut) Tama kemana ya daritadi siang aku menunggunya tapi sampai jam segini dia tak mengirim pesan satupun.
Tring tring…
(percakapan via sms)
Deyana: (dengan gesit meraih dan membuka handphonenya) pesan dari siapakah ini?                       (senyumnya mengembang).
Tama   : Deyana aku minta maaf ya karena aku baru bisa mengirim pesan ke kamu. Tadi                          setelah pulang sekolah aku langsung pergi bimbel jadi sesampainya dirumah aku langsung tidur. Aku sangat kelelahan, maklum sudah kelas 12 hehe.
Deyana: Iya Tam tidak apa-apa. Aku mengerti. Kamu harus menjaga kesehatanmu dan istirahat yang cukup agar kamu tidak sakit.
Tama   : Siap bos! Kamu perhatian sekali jangan-jangan kamu naksir aku ya? Hahaha
Deyana: Percaya diri banget kamu. Wajar-wajar saja kan jiika memberi perhatian ke teman aku sendiri? Kamu juga sering tuh memberi perhatian ke aku berarti kamu naksir aku ya hayooo?
Tama: Hahaha kamu bisa saja. Memangnya kalau aku naksir sama kamu dilarang ya? Yasudah lebih baik kita belajar. Tugas aku untuk besok banyak. Kamu semangat ya.
Deyana: Haha lucu sekali kamu. Oke siap bos kamu juga semangat ya cayooo Tam!
Merekapun belajar. Bukan belajar bersama,akan tetapi dirumah masing-masing. Ketika sedang belajar, tiba-tiba Deyana tertidur. Tama masih sibuk menggarap tugas-tugasnya.
Tring tring (satu pesan diterima)
Deyana: (terbangun dan mengucek mata) pesan dari siapakah ini? Mengganggu saja. (meraih                   handphone yang ada diatas meja dan membukanya).
Tama   : Oyasumi Dey^^
Deyana: Apa kamu telah selesai dengan tugas-tugasmu? Oyasumi juga^^
Tama   : Pastinya sudah aku selesaikan semua. Kamu belum tidur?
Deyana: Sebenarnya aku sudah tidur, tapi gara-gara ada pesan di handphoneku aku jadi terbangun.
Tama   : Oh maafkan aku. Yasudah lebih baik lanjutkan tidurmu. Selamat malam Deyana.
Deyana tak membalas pesan dari Tama karena dia sudah sangat mengantuk…
Mentari kembali memberikan sinarnya. Dengan tergesa-gesa, Deyana bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah karena pagi ini dia terlambat untuk bangun pagi.
Sesampainya disekolah…
Rhoma : Dey, ayo cepat ke lapangan upacara!
Deyana: (lari terbirit-birit menuju kelas untuk menyimpan tasnya dan langsung menuju lapangan                 upacara)
Rhoma : Pasti kamu telat bangun.
Deyana: iya hehe untung saja tidak terlambat.
Setelah semua murid berada di lapangan upacara dan semua barisan sudah rapih, upacarapun dimulai. Setelah kurang lebih 45 menit upacara dilangsungkan, akhirnya upacara selesai dan semua siswa membubarkan diri menuju ruang kelasnya masing-masing.
Deyana: (mengambil handphone dari dalam tasnya dan membuka handphone) ada satu pesan, pasti dari Tama.
Tama   : Pagi Dey...
Deyana: Tuhkan apa aku bilang pasti kamu yang mengirim pesan hehe. (mengetik pesan) Pagi juga Tam..

Jam istirahat, di depan ruang kelas…

Deyana: (melamun)
Tasia   : Apa yang sedang kamu lamunkan?
Deyana: (terkejut) nggg…
Tasia   : Aku tahu aku tahu, pasti kamu sedang melamunkan Tama, benarkan?
Deyana: kamu tahu saja hehe.
Tasia   : Hal apa yanh sedang kamu lamunkan tentangnya?
Deyana: Aku hanya berpikir, apakah bisa aku bertemu dan berkomunikasi dengannya secara                   langsung? Karena selama ini kau tahu aku dan dia hanya bisa balas berbalas pesan.
Tasia   : Ya aku tahu itu. Tenanglah, jika Tuhan menghendaki kalian berdua untuk bertemu pasti semua akan terjadi. Percayalah.
Deyana: Ya aku selalu percaya bahwa suatu saat nanti Allah akan memberiku kesempatan                        untuk memandang wajahnya secara langsung dan berbicara dengan saling                                    berpandangan. Pasti sangat indah. Aku bisa membayangkannya.
Tasia   : Akan tetapi kamu harus tetap berhati-hati. Siapa tahu dia itu orang yang jahat dan                         berhidung belang.
Deyana: Walau aku tak pernah bertemu dengannya secara langsung aku tahu dia itu orang yang sangat baik dan jujur. Aku dapat menyimpulkan hal tersebut karena dia sangat terbuka terhadapku. Setiap dia mempunyai masalah dia akan menceritakannya kepadaku.
Tasia   : Yasudah kalau memang itu menurut pendapatmu, aku hanya mengingatkan saja. Ayo kita masuk kelas, bel masuk sudah berbunyi.
Deyana dan Tasia memasuki ruang kelas. Pelajaran akan kembali dimulai. Setelah semua pelajaran telah usai, Deyana bergegas untuk pulang menuju rumahnya. Setelah sesampainya dirumah, Deyana melepas seragam dan menggantinya dengan baju tidur lalu berbaring di atas tempat tidurnya.
Tring tring (satu pesan diterima)
Tama   : Bagaimana Dengan harimu disekolah? Apakah menyenangkan?
Deyana: Pasti. Hariku selalu menyenangkan. Bagaimana denganmu Tam?
Tama   : Wah bagus, emm aku kurang sedikit menyenangkan. Kamu pasti ingin tahu apa                           alasannya,benarkan?
Deyana: Tidak.
Tama   : Kamu jahaaaaaat.
Deyana: Haha maaf maaf aku hanya bercanda aku kan orang yang baik. Memangnya apa                        alasanmu?
Tama: Moodku sedang tidak baik. Awas sekali lagi kau seperti itu akan aku makan kau hidup-hidup hahaha.
Deyana: Coba saja kalau kau berani memakanku. Apa kau tidak takut kehilanganku? Hahaha.
Tama   : Tidak sama sekali. Karena saat aku memakanmu kau akan tersimpan disini. Didalam                  hatiku.
Deyana: Kau membuat aku tersipu, sudahlah hentikan gombalanmu itu haha.
Tama   : Aku ingin bicara jujur, tapi..
Deyana: Apa yang ingin kau bicarakan? Ayolah beritahu aku.
Tama   : Sebenarnya….aku akan kehilanganmu.
Deyana: Apa yang kamu bicarakan ini? Tentu kamu tak akan kehilanganku, karena aku selalu ada disini menemanimu.
Deyana menunggu dan menunggu tapi tak ada balasan pesan dari Tama.Tama menghilang. Deyana mulai memikirkan isi pesan yang dikirim oleh Tama kepadanya “aku akan kehilanganmu”. Deyana mulai bertanya-tanya apa alasan Tama bicara seperti itu. Deyana mulai menangis…
Keesokan paginya…
Di ruang kelas, Deyana sedang duduk termenung di bangkunya. Maulina yang sedari tadi memperhatikannya dari jauh kini mulai mendekat.
Maulina: (mendekati Deyana) Ada apa denganmu?
Deyana: (terkejut) kamu mengagetkanku. Aku baik-baik saja. Memangnya ada apa denganku?Apa ada yang salah?
Maulina: Maaf bila aku membuatmu terkejut. Aku perhatikan dari tadi kamu hanya duduk                                       melamun disini sendirian. Apa ada masalah yang menimpamu?
Deyana: Aku belum siap untuk menceritakan ini semua.
Maulina: Aku mengerti. Kamu harus sabar dan kuat karena Allah selalu bersama kita.
Deyana: Iya terimakasih banyak maul.
Satu minggu, satu bulan, dua bulan, tiga bulan, empat bulan tlah berlalu. Tak ada kabar sama sekali dari Tama. Setiap saat Deyana selalu bertanya pada dirinya sendiri sebenarnya apa alasan yang membuat Tama menghilang dari hidupnya.
Disekolah…
Rhoma : (menepuk pundak Deyana) Bagaimana hubunganmu dengan Tama? Apa sudah baik?
Deyana: (menghela napas) sama sekali tidak. Dia sama sekali belum memberi kabar. Menurut                  kalian, apa alasan dia melakukan ini semua kepadaku?
Tasia   : Apa kamu pernah melalukan atau mengucapkan sesuatu yang menyinggung perasaannya?
Deyana: (berpikir) nggg.. sama sekali tidak.
Maulina: Apa yang menurutmu tidak belum tentu sama dengan menurutnya.
Rhoma : Apa kamu sudah mencoba menghubunginya?
Deyana: Aku tidak punya nyali untuk menghubunginya, walau aku ingin. Aku takut membuatnya                terusik akan kehadiranku lagi.
Rhoma : Jangan berpikir negatif sebelum kau mencobanya.
Deyana: (menunduk) aku takut…
Maulina: Jangan takut, dia orang yang baik bukan?
Deyana: Iya (menghela napas) tapi…
Rhoma : Ayo jangan putus asa begitu.
Tasia   : Kamu pasti bisa.
Deyana: (mengangkat kepala) Sudah aku putuskan bahwa aku tak akan pernah mencoba                         menghubunginya. Mungkin Tuhan tak memberikan ijin kepadaku untuk bertemu dengannya. Dan mungkin  juga Tuhan tak mengijinkan kita untuk bersatu. Aku ikhlas walau aku menyayanginya.
Tasia   : Tapi..
Deyana: Sudahlah, aku yakin Tuhan punya rencana yang indah dibalik semua keterpurukkanku ini. Didepan sana pasti akan ada suatu hal yang lebih ini daripada yang aku temukan saat ini. Aku percaya, karena setiap masalah akan indah pada waktunya.
Akhirnya, Deyana bertekad untuk melupakan semua kenangan pahit yang dialaminya. Walau sulit, ia akan mencoba dan terus mencoba sampai ia berhasil mengahpus semua memori tentang Tama. Karena ia yakin bahwa ini semua akan indah pada waktunya.